BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya pembelajaran merupakan
suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar
suatu lingkungan belajar. Interaksi dalam pembelajaran diciptakan secara
sengaja oleh pendidik agar memungkinkan siswa untuk belajar. Dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif, komponen-komponen dalam pembelajaran harus
dipehatikan dengan serius demi pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru dan
siswa merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran guru
bertanggung jawab mengatur dan mengelola lingkungan sekolahnya pencapaian
tujuan pendidikan sesuai arah yang diinginkan. Guru harus mampu mengelola
seluruh proses kegiatan pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
(Slameto, 2003:98). Dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif tidak
terlepas dari kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat yang
sehingga dapat mengarahkan pebelajar pada tujuan yang telah ditetapkan.
Belajar bahasa pada hakikatnya
adalah belajar komunikasi. Pembelajaran bahasa bertujuan membina siswa agar
terampil berkomunikasi secara lisan dan tulis. Oleh karena itu pembelajaran
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis (Depdikbud,1995). Dalam kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) yang selanjutnya berkembang menjadi kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan pada empat
keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Selanjutnya keempat kemampuan berbahasa inilah yang menjadi sasaran tujuan dari
pengajaran Bahasa Indonesia di berbagai jenjang pendidikan, termasuk di sekolah
dasar.
Demi mewujudkan tujuan pembelajaran
bahasa, sudah menjadi kaharusan bagi para pendidik agar memahami berbagai hal
mengenai pembelajaran bahasa yang nantinya dapat menunjang keterampilan guru
dalam menciptakan pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien. Salah satunya
adalah metode pembelajaran bahasa. Dalam dunia pengajaran metode adalah rencana
penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan sistematis berdasarkan approach
tertentu (Subana dan Sunarti,TT:20). Metode meliputi, pemilihan bahan,
penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial.
Metode sering diakitan dengan pendekatan dan teknik, ketiganya sering dipakai
secara bersamaan dan sering kali disalah artikan maknanya. Walaupun memiliki
keterkaitan yang sangat erat, ketiganya sangatlah berbeda.
Demi memahami lebih jauh dan mendalam mengenai metode pembelajaran bahasa, subtansi materi yang diangkat dalam tulisan adalah pertama, hakikat metode pembelajaran. Kedua, ragam metode pembelajaran bahasa.
Demi memahami lebih jauh dan mendalam mengenai metode pembelajaran bahasa, subtansi materi yang diangkat dalam tulisan adalah pertama, hakikat metode pembelajaran. Kedua, ragam metode pembelajaran bahasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa indonesia ?
2.
Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran bahasa indonesia ?
3.
Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran bahasa indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A.
Pengertian
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi
Banyak yang tidak paham dengan
perbedaan antara pendekatan, metode, dan teknik. Sebelum kita membahas mengenai
perbedaan tiga hal di atas, terlebih dahulu kita membahas pengertian model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model
pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Nah, berikut ini ulasan singkat tentang
perbedaan istilah tersebut.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya,
2008:127).
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan
dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur
pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari
metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus
dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien?
Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memerhatikan
kondisi dan situasi. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu
teknik atau metode tertentu.
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126)
Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).
Istilah strategi sering digunakan
dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran
strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik
dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara
itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada
menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil
dalam Rohani, 2004:33).
Nana Sudjana menjelaskan bahwa
strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para
siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan
efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004: 34)
. Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada
pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat
mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan
tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih
luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan
secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
B. Jenis-Jenis Pendekatan, Metode, dan Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendekatan pembelajaran bahasa
Indonesia dalam tulisan ini dibatasi
pada empat macam pendekatan, yaitu pendekatan whole language, pendekatan
kontekstual, dan pendekatan komunikatif, dan pendekatan integratif.
1) Pendekatan Whole Language
Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara
utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986;
Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Para ahli whole language
berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat
dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa
dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh
bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan
tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan
menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan
pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran
membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole
language, pembelajaran bahasa dapat
juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya
bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.
Pendekatan whole language didasari
oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri
pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole)
dan terpadu (integrated) (Robert dalam Santosa, 2004:2.3). Anak
termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang
bermakna bagi mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar
dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari fungsi
desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993).
Ciri-ciri Kelas Whole Language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas
whole languag. :
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh
dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster
hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis
siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board
yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakan yang
dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus,
buku pentunjuk dan berbagai barang cetak lainnya.
b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan
siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan
berbicara.
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran
guru di kelas whole language hanya sebagai fasilitator dan siswa
mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.
e. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran
bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah
multiarah.
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.
g. Siswa mendapat balikan (feed back) positif
baik dari guru maupun temannya. Konferensi
antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian
diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya
mendapatkan respon positif dari temannya. Hal ini
dapat membangkitkan rasa percaya diri.
Dari ketujuh ciri tersebut dapat
terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu
berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru
berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai
siswa secara informal.
2) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual mengasumsikan
bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.
Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu
menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum
pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat membangun
pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.
Kontekstual adalah
kaidah yang dibentuk berazaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya
mampu membawa pelajar ke pemelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau relevan
bagi mereka, dan juga memberi makna dalam
kehidupan seharian mereka. Jadi,
pemelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan
situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pemelajar untuk membuat perkaitan
antara pengetahuan dengan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai
ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.
Berdasarkan pengertian
di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang
dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama
membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.
3) Pendekatan Komunikatif
Munculnya pendekatan komunikatif
dalam pembelajaran bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi
pembelajaran bahasa di Inggris pada tahun 1960-an menggunakan pendekatan
situasional (Tarigan, 1989:270). Dalam pembelajaran bahasa secara situasional,
bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar
dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam
perkembangan selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari
audiolingualisme, ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan
para pakar linguistik terapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi
yang mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada
harapan/masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal
terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Apa yang
dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu sendiri dan
kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung makna dalam
dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-maksud pembicara dan penulis
yang menciptakannya (Howatt, 1984:280, dalam Tarigan, 1989:270).
Pendekatan
komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi
komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran 4 keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa.
Prosedur-prosedur pembelajaran
berdasarkan pendekatan komunikatif lebih bersifat evolusioner daripada
revolusioner. Adapun garis kegiatan pembelajaran yang ditawarkan mereka
adalah: penyajian dialog singkat, pelatihan
lisan dialog yang disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan pengkajian,
penarikan simpulan, aktivitas interpretatif, aktivitas produksi lisan,
pemberian tugas, pelaksanaan evaluasi.
4) Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif dapat dimaknakan
sebagai pendekatan yang menyatukan
beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang
studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam
satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan
berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.
Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.
Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat,
guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali
dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan,
guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa
tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif sangat diharapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan
kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan.
Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.
2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
1) Metode
Audiolingual
Metode audiolingual sangat
mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu
lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk
kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual
yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan
pada lafal kata, dan pelatihan berkali-kali secara intensif pola-pola kalimat.
Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.
Langkah-langkah
yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang
dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang
dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak
dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan,
(d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di
depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang
dilatihkan
2) Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua
keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran.
Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk
akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang
dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis.
Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah perintah, pesan,
laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati.
Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas
yang berhasil.
Contohnya
menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan
untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih
banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan
(f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan
penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik,
mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.
3) Metode Produktif
Metode
produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara
atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa
dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam ketrampilan
berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang
komunikatif. Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari
lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita
menulis lawan bicara kita adalah pembaca.
4) Metode Langsung
Metode
langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung
menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung
adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara
alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Siswa diberi
latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui
demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.
5) Metode Partisipatori
Metode
pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.
Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai
subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil
belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam
metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun,
bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi
belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru
berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai
moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
6) Metode
Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai
kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.
Berikut
langkah-langkah metode membaca:
a. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam
kalimat.
b. Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam
selama 10-15 menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari
sebelumnya)
c. Diskusi isi
bacaan dapat melalui tanya jawab.
d. Pembicaraan
tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu
oleh guru.
e. Pembicaraan kosakata yang relevan
f. Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan
dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan
sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.
7) Metode Tematik
Dalam
metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema
bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,
konkret, dan konseptual.
Tema
yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang
terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga
siswa senang. Apa yang terjadi sekarang
di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema
tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya.
Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis
atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
8) Metode Kuantum
Quantum
Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode
Freire dan Lozanov. QL mengutamakan pecepatan belajar dengan cara partisipatori
peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya
belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL.
Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala
sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta
sejauh mana guru menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran
maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu,
pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan
cepat.
9) Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran
melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide
tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu
pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan.
Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran
dapat terjadi secara langsung dan
bersifat student centered (berpisat pada siswa) Dikatakan pembelajaran
langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi,
mengontrol aktivitas siswa serta
menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat
kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari
siswa, mereka secara aktif aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat
menemukan hasil diskusi mereka.
10) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group
Work)
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik.
Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja
kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa
dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara
bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang
ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau
kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya
3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
1) Strategi
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah
yang sering digunakan untuk teknik pembelajaran ekspositoris, atau
teknik penyampaian semacam kuliah (sering juga digunakan istilah “chalck and
talk”).
Strategi pembelajaran langsung,
merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan
materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan, apa yang disampaikan itu
dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
dan demonstrasi, merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran langsung.
2) Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bias terdiri atas 3 sampai 5 orang
siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi
pembelajaran Cooperative Learning mulai populer akhir-akhir ini. Melalui
Cooperative Learning siswa
didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu. Yang
cepat harus membantu yang lambat karena penilaian akhir ditentukan oleh
keberhasilan kelompok. Kegagalan
individu adalah kegagalan kelompok: dan sebaliknya keberhasilan individu adalah
keberhasilan kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota harus memiliki tanggung
jawab penuh terhadap kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson,
& Johnson, mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi
pembelajaran cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas
dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996)
berpendapat bahwa belajar bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan
dari bebrapa perspektif, yaitu perspektif social, perspektif perkembangan
kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok
akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada
dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa
melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena
mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja
secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan
iklim yang bagus, di mana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya
memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif
artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.
Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan
menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
3) Strategi
Pembelajaran Problem Solving
Mengajar memecahkan masalah berbeda
dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran.
Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu
persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi
pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami
dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan
masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan
masalah itu. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan
pemecahan masalah itu, Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah
itu sebagai isi atau content dari pelajaran: sedangkan pemecahan masalah
adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai
suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.
Ada
beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah, pertama, siswa
bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil: kedua,
pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung
persoalan-persoalan untuk dipecahkan; dan lebih disukai persoalan yang banyak
kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa mnggunakan banyak pendekatan dalam
belajar; keempat, hasil dari pemecahan maslah adalah tukar pendapat ( sharing
) di antara semua siswa.
4) Strategi
Mengulang
Strategi mengulang sederhana
digunakan untuk sekadar membaca ulang materi tertentu hanya untuk menghafal
saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah
tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya. Memori yang sudah ada
di pikiran dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka pendek, seketika, dan
sederhana.
Penyerapan bahan belajar yang lebih
kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggarisbawahi ide-ide kunci,
membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah
diterima merupakan bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya
perlu diajarkan ke siswa agar terbiasa dengan cara demikian.
5) Strategi
Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan
strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan
kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di
otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan
dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
Beberapa bentuk strategi elaborasi
adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi
belajar yang menggabungkan antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan
informasi baru yang didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa
dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi itu.
Analogi merupakan cara belajar dengan
pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda
atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan
informasi.
P4QR merupakan strategi yang
digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P4QR singkatan
dar Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R
singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau membaca, merefleksi,
menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R
merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa
menghafal informasi bacaan.
6) Strategi Organisasi
Strategi organisasi
membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan
struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan
ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian
ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk
strategi organisasi adalah Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar
menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
Mapping, yang lebih dikenal dengan
pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics
membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu
strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk
asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan
informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan,
akronim, dan kata berkait.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ada
perbedaan yang mendasar antara pengertian pendekatan, metode, teknik, dan
strategi. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian
tujuan. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Jenis-jenis
pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia: pendekatan Whole Language,
kontekstual, komunikatif, dan integratif. Jenis-jenis metode pembelajaran
bahasa Indonesia: metode audiolingual, komunikatif, produktif, langsung,
partisipatori, membaca, tematik, kuantum, diskusi, dan kerja kelompok kecil (small-group
work). Jenis-jenis strategi
pembelajaran: langsung (direct instruction), cooperative learning, problem
solving, mengulang, elaborasi, dan
organisasi.
B.
SARAN
Dalam
penyusunan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca berkenan menyampaikan
kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini, serta memberikan saran dan
masukan atas kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang pembaca ajukan akan
saya jadikan sebagai bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang selanjutnya,
agar tidak terjadi kesalahan yang sama lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Teuku. 2009. Strategi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Banda Aceh: FKIP Universitas
Syiah Kuala.
Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language
Learning and Teaching. Third Edition. New Jersey : Prentice Hall Regents.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Depdiknas.
2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006, tentang Standar Isi. Jakarta.
Hernowo.
2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Bandung: MLC.
Kemper, Dave
dkk. 1997. Writters Express A Handbook for Young Writters, Thinkers, and
Learners. Burlington: Write Source Educational Publishing House.
Kagan,
Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: KCL
Lie,
Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Johnson,
Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC
Mahmud,
Saifuddin. 2003. “Pendekatan Kontekstual” Makalah Disajikan pada Peringatan
Bulan Bahasa, 28 Oktober 2003, Balai Bahasa Banda Aceh.
Piegeat, J.
1971. Psychology and Epistemology. New York: The Viking Press.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses.
Permendiknas
No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi.
Rohani,
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya,
Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Sanjaya,
Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Suyatno,
2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit Surabaya
Intelektual Club.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar